Sumber gambar : pinterest.com |
Rintik-rintik hujan berkicauan sembari menari-menari
gemulai
Dikejauhan malam nampak gubuk tua bersama seorang
yang kedinginan
Pucat kebiru-biruan tubuh mungil yang berselimutkan
kesepian
Mengigil bagai seorang rusa kehilangan induknya, sungguh
kasihan
Begitulah gubuk kayu yang kualitasnya dilekang oleh
waktu
Sedetik saja dinding itu dibantai habis oleh angin
seketika tubuhnya gemetar
Kicauan hujan semakin nyaring buat siapa saja
kebisingan mendengar
Sekejap air berdemontrasi berlarian memenuhi halaman
Gemuruh petir mulai berorasi menambah pekatnya
kegelapan malam
Sepi adalah bunyi yang sembunyi namun ia tak pernah
berlari
Pelan-pelan berjalan mulai melangkahi setiap pikiran
yang bernaung kesendirian
Merobek-robek setiap batang batin sembari menambah keriput
jari-jemarinya
Mampus kau dikoyak-koyak sepi ujar penyair bijak
Percuma kuat namun sendiri
Tak ada gunanya bersama namun saling meracuni
Pada akhirnya wafat sendiri-sendiri, balas seorang
penyanyi
Sehabis hujan memang ada pelangi
Tapi kali ini warna-warni nan indah itu tak tau
jalannya pulang
Sebab pancainderanya dibutakan oleh lantunan-lantunan
kegelapan
Hanya tersisa satu tanda tanya di udara, “Sudahkah
menjadi manusia hari ini?”
Palangka Raya, 8 Juli 2021.
Puisi di atas telah dikirim untuk mengikuti lomba cipta puisi dalam rangka Dies Natalis LPM WARTA, Universitas Lambung Mangkurat.
*keburu pengen jadi seleb? merapat!!!*
ReplyDeleteDewafollowers ngadain giveaway spesial 17 Agustus 2021 nih!!! baca informasi selengkapnya disini: https://dewafollowers.com
jangan lupa berikan alasan terbaikmu😊