Informatif, edukatif, akurat dan terpercaya menyajikan informasi seputar filsafat, sosial, politik, pemerintahan, buku dan opini.

test pub-9703219827204705, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

11/17/2018

MEMBACA ADALAH MELAWAN



       Apa yang terlintas dibenak anda ketika mendengar kata membaca?. Apakah membaca itu membosankan, karena terlalu berat bacaannya, terlalu panjang penjelasannya, terlalu kaku gaya penulisannya atau membaca karena suatu kebutuhan saja. Misalkan ketika diberikan tugas oleh dosen/guru barulah ada niat untuk membaca, untung-untungan kalau membacanya sampai akhir. Bahkan sering terjadi ketika sudah bosan membaca, apalagi tulisannya panjang dan tiba-tiba langsung pakai cara sim salabim alias copy paste.

            Kebiasaan-kebiasaan seperti itu bukanlah rahasia lagi, melainkan sudah menjadi perbincangan hangat oleh pemuda-pemuda zaman now karena malasnya membaca. Berdasarkan study “Most Literred Nation in the world 2016” Minat baca di Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara. Keprihatinan terhadap minat baca itulah yang melatarbelakangi artikel kali ini.

            Dalam buku yang berjudul mencari setangkai daun surga tulisan Anton Kurnia hal.43 berbunyi demikian:
“Sejarah mencatat, republik ini lahir karena anak-anak muda pencinta buku yang peduli pada  bangsanya. Para founding father kita-Tan Malaka, Sukarno, Tirto Adi Suryo, Marco Kartodikromo, Sutan Sjahrir, Mohammad Hatta, Agus Salim, untuk menyebut beberapa nama saja-adalah para pencinta buku yang mau belajar dari buku dan berani berbuat.”

            Di era post modern,  banyak tuntutan yang mau tidak mau harus di penuhi oleh kaum intelektual dalam menjawab tantangan revolusi industri 4.0, antara lain  Literasi data, Teknologi dan Kemanusiaan.. Revolusi 4.0 menurut Prof.Klaus Schwab, Ekonom terkenal dunia asal Jerman, pendiri dan Ketua Eksekutif Word Economic Forum (WEF) yang mengenalkan konsep revolusi ekonomi 4.0 dalam bukunya yang berjudul “The Fourth Industrial Revolution”.  Prof Schawab (2017) menjelaskan revolusi industri 4.0 telah mengubah hidup dan kerja manusia secara fundamental. Berbeda denga revolusi industri sebelumnya, revolusi industri ke-4 ini memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas.

            Kemajuan teknologi baru mengintegrasikan dunia fisik. Digital dan biologis telah mempengaruhi semua disiplin ilmu, Ekonomi, industri dan pemerintah. Bidang-bidang yang mengalami terobosan berkat kemajuan teknologi baru diantaranya; (1) Robot kecerdasan buatan, (2) teknologi nano, (3) Bioteknologi, (4) teknologi komputer kuantum, (5) Blockchain (seperti bitcoin), (6) teknologi berbasis internet, dan  (7) printer 3D.

            Tiga formula untuk menjawab tantangan revolusi industri 4.0 seperti yang telah disebutkan, tidak akan dapat tercapai jikalau salah satunya anda tidak rajin dalam membaca dan malah sebaliknya anda hanya bermalas-malasan saja dan terlena dengan dunia di zaman now.

            Waktu terus berjalan, tak mengenal siapapun, kapanpun, dan dimanapun, sejarah akan selalu menjadi milik orang-orang yang menang. Untuk menjadi pemenang harus di isi dengan apakah waktu anda sekarang?  Semua orang diberikan waktu yang sama, jam yang sama oleh yang Maha Kuasa. Namun, kenapa ada yang berhasil dan ada yang tidak berhasil ?

            Banyaknya jawaban ada didalam tindakan anda. Kalau di analogikan dari novel dunia sophie karya Joistein Garder tentang kelinci seorang pesulap, dimana terdapat dua perumpamaan manusia. Pertama, seorang manusia yang terlena dengan dunia dan menganggap biasa-biasa saja apa yang ada dilingkungannya serta merasa nyaman. Dalam konteks novel tersebut bahwasannya orang seperti itu seperti seekor kutu yang berdiam diri didalam bulu kelinci seorang pesulap. Kedua, seseorang yang tidak terlena dengan dunia ataupun lingkungannya, melainkan selalu waspada dan bertanya-tanya tentang dunianya, lingkungannya yang membuat semakin hari semakin penasaran (memiliki rasa ingin tahu yang tinggi). Seorang manusia seperti inilah yang disebut seorang pejuang ibaratkan jika dalam konteks novel tersebut yaitu bagaikan kutu yang penasaran akan dunia diluar bulu kelinci sehingga kutu tersebut naik ke ujung bulu dan terus berusaha bagaimana keluar dari bulu tersebut.

            Dari seekor kutu didalam bulu kelinci yang menjadi perumpamaan dalam novel filsafat dunia sophie karya jostein Garder, kita dapat menangkap benang merahnya yaitu kita harus keluar dari zona aman kita. 

Jangan takut untuk belajar dan terus berjuang karena sejatinya seperti yang dikatakan Multa Tuli; “Tugas manusia adalah menjadi manusia (De Plicht van een mens is mens te zijn). Untuk benar-benar menjadi manusia kita harus memiliki rasa kemanusiaan. Kurang mantap manusia yang cerdas namun tidak memiliki rasa kemanusiaan. Nah, untuk menumbuhkan rasa kemanusiaan anda perlu untuk membaca. Seperti yang terdapat di Intagramnya Berdikari Book, “Membaca adalah melawan; dengan membaca para founding father kita berani melawan penjajah, dengan membaca mereka berani dan hebat berbicara, dengan membaca mereka melahirkan tulisan-tulisan hebat, dengan membaca mereka mendapatkan pengetahuan, dengan membaca hidup seseorang dapat berubah, dan dengan membaca, banyak hal akan terjadi.

Jika para founding father kita, ataupun orang-orang sukses didunia karena membaca, lalu kenapa kita tidak bisa! Toh merekakan sama seperti anda yang notabene tidak akan hidup kalau tidak makan, bernapas dan lain sebagainya.

Sulit memang untuk membuat diri sendiri terbiasa setiap hari membaca, apalagi melawan penyakit yang dari sejak manusia lahir sudah dihantui oleh penyakit 5 huruf yang dinamakan “MALAS”. Untuk melawan penyakit 5 huruf tersebut, ada 5 tips nih dari artikelnya bukupedia.com yaitu sebagai berikut.

1.      Mulai dari yang disukai. Orang dapat berpacaran tentu dimulai dari yang namanya ada rasa saling menyukai hingga akhirnya lama-kelamaan baru tumbuh yang namanya cinta. Nah, begitu juga dalam hal membaca, anda perlu untuk mencari buku yang disukai untuk dibaca.

2.      Pinjam ke teman. Anda mungkin takut buat beli buku karena nanti tidak dibaca atau anda takut nanti isinya tidak sesuai yang disukai. Cobalah untuk meminjam saja, ketemanlah atau perpustakaan dan sumber-sumber buku disekitar kamu. Intinya yang bikin anda tidak keluar duit dulu.

3.      Beralih ke genre buku lain. Ketika anda sudah nyaman membaca buku-buku  yang disukai, cobalah untuk mencoba buku genre lain. Misalkan, anda awalnya suka baca buku genre horror, anda bisa mencoba buku genre history, kan ada relasinya tuh. Sehingga nanti anda bisa menambah wawasan lain tentang buku yang dibaca.

4.      Sediakan waktu. Nah ini yang penting, menyediakan waktu untuk membaca setiap harinya. Tidak usah banyak-banyak deh, minimal 10 menit cukup kok. Intinya anda nyaman dan rutin dulu. Kalau sudah rutin tinggal naikan durasinya. Tapi ingat jangan lupa waktu juga. Eh nanti kalau baca buku lupa kewajiban utamanya.

5.      Bikin target. Lah? Baca buku kok harus ada target? Ya kan namanya juga supaya terbiasa. Maksud target adalah misalnya dalam satu bulan anda harus menyelesaikan membaca 2 buku. Dengan ditarget seperti ini maka anda akan membiasakan diri setiap waktu.

Jangan khawatir, Ayo mulai membaca dari sekarang, lawan kebodohan dengan membaca. ketika Anda sudah terbiasa membaca buku nantinya, niscaya pasti akan memiliki wawasan yang luas, memiliki sudut pandang yang berbeda dari orang lain, percaya diri, saat berbicara tutur kata dan susunannya lebih terjaga serta tertata dan masih banyak lagi hal-hal misterius yang pastinya akan didapatkan ketika sudah terbiasa membaca.

 Mengutip kata-kata Mao Zedong, “Sehari boleh tidak makan dan tidur tapi jangan sampai sehari tidak ada membaca.”


Dua Enam

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot

PAGES