Oleh : Dua Enam
Bergetar Jari-jemari
Saat goresan pena menyatu dengan kertas
Seketika ada yang menarik ke ruang dimensi
Menelanjangiku tanpa imunitas
Perlahan, perasaan mulai kacau
Bayangan semu menghela nafasku
Kilauan semiotika memberi makna lewat pulau-pulau
Partikel-partikel kegelapan datang membelenggu
Sial ! Gumamku
Pikiran maju bak kecepatan cahaya
Namun, fisik menolak dengan waktu
Hitungan mundur, alur cerita berubah hampa
Menggoda pikiran untuk menyelam ke masa lalu
Hey alam semesta raya!
Aku berterima kasih
Berkatmu, rasa sakit mengajariku
Bahwa mahluk hidup yang berpikiran dan berperasaan sepertiku,
Tidak dapat lari darinya
Sepersekian menit aku melangkahkan kaki
Sepersekian detik pula ia menjadi bayanganku
Mengapa rasa sakit setia menemaniku?
Menghantuiku...
Menuntunku...
Menguatkanku...
Apakah rasa sakit bisa dipercaya?
Apakah rasa sakit yang terus ada menemani yang bergerak secara alami bisa dijadikan sahabat semati
Aku rasa sukmaku menolak
Sebab, alam semesta berkata:
"Rasa sakit akan secara alamiah hadir, namun bukan sahabat karib. Tapi bagian dari kehendak sang khalik, pemilik eksistensi tertinggi yang perlu ditelisik"
Dalam jeritan rasa sakit ada kebebasan berfantasi
Sehingga antara realita dan ekspektasi
Tidak dapat ditemukan perbedaan
Tidak dapat ditemukan persamaan
Perlahan mulai sadar betapa berbahaya,
Berbisa dan besarnya kekuatan rasa sakit
Jika ia berteman dengan kesunyian, ketakutan dan kecemasan
Oh semesta, jangan biarkan mereka saling mengenal
Sebab tidak ada artinya hidup
Jika, bermandikan persahabatan mereka
Digoresan akhir pena, aku ingin ada keseimbangan dalam kekurangan dan kelebihan kehidupan
Di awal dan di akhir sebuah hubungan
Semuanya saling melengkapi
Rasa sakit menguatkan
Rasa nyaman melemahkan
Melemahkan yang merasa sakit
Menguatkan yang merasa nyaman
Rasa sakit dan rasa nyaman
Ayo kemari, temani diri ini dalam pangkuan jiwa yang tak berelung hati
Jangan jauhi aku, mendekatlah
Dekaplah tubuhku, rasakan pikiran yang dingin seperti air dan fisik yang panas seperti api
Hingga bagai batu membelah air
Kau membelah pikiranku
Hingga api memanaskan batu
Kau memanaskan perasaanku
No comments:
Post a Comment