Oleh : Dua Enam
Dalam sanubari, aku berpikir keras sekeras-kerasnya bahkn hingga air dingin yang membeku kedinginan pun meleleh tak kuasa menahan lamanya aku beronani dalam pikiran
Aku hanya bersajak-sajak saja, mentransformasikan pikiran-pikiran liarku, sembari terus bertanya-tanya dan menjawab sendiri pertanyaan yang membelenggu perasaan para ratik
Apakah Ratik-ratik akan didengar suaranya?
Ah aku tidak yakin akan itu...
Sebab, mereka-mereka sudah membatu pikirannya,
pedahal mahkota yang mereka dapatkan itu oleh perjuangannya para Ratik-ratik
Saat masa sayembara, ohhh mereka seolah-olah akan menepati janji manisnya, berlaku bak memberikan madu yang sedap
Enak rasanya, enakkkkkkk
dibawa mabuk janji palsu berselimutkan harapan
dibawa mabuk janji palsu berselimutkan harapan
Kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia
Menjadi kesejahteraan bagi seluruh anak-anak DPR, bapak-bapak DPR, Ibu-ibu DPR
Menjadi kesejahteraan bagi seluruh anak-anak DPR, bapak-bapak DPR, Ibu-ibu DPR
Kebijakan-kebijakan di Rancang sedemikian rupa
Seni disalahgunakan
Seni disalahgunakan
Ahhhhhb rasanya Ratik-ratik mulai bernyanyi dan candu dengan syairnya Wiji Thukul...
Apa guna punya ilmu tinggi, kalau hanya untuk mengibuli...
Apa guna banyak baca buku, kalau mulut.... Kau bungkam melulu
Apa guna banyak baca buku, kalau mulut.... Kau bungkam melulu
Ahh...galaksi, Ratik-ratik rindu dengan bumi, yang dulunya hijau kini berubah menjadi panca warna yang melambangkan kegelisahan hakiki dari teriakan yang tertindas....
Pengkelasan di mana-mana, tanah-tanah hanya dimiliki oleh para pemodal...
Oh penguasa, dengarkan suara rintihan Ratik-ratik ini
Oh penguasa, dengarkan suara rintihan Ratik-ratik ini
No comments:
Post a Comment