Informatif, edukatif, akurat dan terpercaya menyajikan informasi seputar filsafat, sosial, politik, pemerintahan, buku dan opini.

test pub-9703219827204705, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

2/08/2022

Melatih Logika dengan Melakukan 5 Hal Versi Oh Su Hyang

 

Dua Enam


Perbedaan juara 1 (satu) dan juara 2 (dua) terletak pada ucapannya”, Begitulah sepatah kalimat pengawal BAB I pada buku yang berjudul, “Bicara itu Ada Seninya-Rahasia Komunikasi yang Efektif”, Karya Oh Su Hyang.

     

       Berbicara merupakan suatu cara manusia untuk menyampaikan isi pikirannya kepada orang lain, bisa pula dikatakan bahwa bicara itu bentuk suatu komunikasi yang terjadi melalui huruf perhuruf, kata perkata, kalimat perkalimat yang tersusun rapi seperti sebuah simponi nada yang memberikan suatu kenikmatan ketika masuk ke gendang telinga.


            Berbicara itu ada seninya bagiku, berbicara tidak hanya sekedar asal bicara, karena dengan berbicara yang bijak dan tepat sesuai dengan situasi dan kondisi maka akan menghasilkan suatu keuntungan bagi manusia yang menguasai seni dalam berbicara.


            Pada semester akhir perkuliahan, aku mencoba untuk merenungkan berbagai macam pengelaman yang telah terlalui selama masa-masa kuliah, terutama ketika sedang membaca kisah-kisah orang-orang hebat di dunia yang mempunyai kemampuan kapasitas dalam seni berbicara yang mempuni, ketika berdiskusi dengan teman-teman di organisasi kampus maupun organisasi luar kampus. Hanya ada satu tarikan napas yang bisa saya ejawantahkan ke dalam tulisan ini  ialah bahwasannya berbicara adalah suatu aset penting bagi orang yang sampai saat ini bisa berbicara dengan menguasai seninya baik ketika berorganisasi, berserikat, maupun mengurus kepentingan pribadi.


            Sokrates misalnya, adalah filsuf terkenal dan juga termasyur yang tidak pernah menulis namun dari versi tulisan-tulisan yang ditulis oleh generasi setelahnya yang dominan dari barat dengan gamblang menulis tentangnya. Pada beberapa referensi buku yang saya baca baik dari karya muridnya maupun pengikut ataupun yang bertentangan dengannya, menyampaikan poin penting yang bisa ditarik kepada tulisan ini yakni seni dalam berbicara sudah ia praktekkan dan betapa manjurnya hal tersebut sehingga para penguasa saat itu terusik karena dialog yang dilakukannya di pasar-pasar, maupun di tempat lain yang ia kunjungi selalu terjadi suatu dialektika yang sangat epik antara ia dan  setiap lawan bicaranya.


            Yang aku tahu adalah bahwa aku tidak tahu apa-apa”, Sokrates. Dengan kesadaran yang dimilikinya, bahwa ia sadar betul hanya tahu bahwa ia tidak tahu apa-apa dan dengan demikianlah terjadi suatu pertukaran pikiran yang tidak terduga serta kenikmatan berpikir dapat dirasakan dengan bebas walaupun akhirnya ia meninggal dengan tragis karena meminum racun hanya untuk mempertahankan pendiriannya. Itulah Socrates, ketika ia berbicara, siapa yang tidak memiliki pikiran rasional ataupun sudah ditutupi oleh kedungungan berpikir maka akan segera kedunguan itu dibakar habis olehnya. Namun, hal yang tidak kalah penting lainnya ia telah menguasai seni bicara yang dinamakan logika.

        

    Logika adalah metode berpikir lurus atau rasional berdasarkan akal yang tentunya masuk akal. Sekedar informasi, bapak logika di Indonesia ialah Tan Malaka dan bung Karno. Mereka menerapkan ilmu logika pada tiap tulisan mereka dan juga ketika mereka berbicara kepada masyarakat Indonesia ataupun kepada penjajah yang saat itu menganggap mereka adalah musuh yang berbahaya. Saking pentingnya logika, saya pun menulis ini dan membagikan 5 (lima) cara mengasah logika pembaca sekalian dari versi  Oh Su Hyang, merupakan Dosen dan Pakar Komunikasi terkenal di Korea Selatan.


Berikut 5 (lima) hal untuk berbicara logis atau memastikan bahwa ucapan pembaca logis atau tidak.


1. Berikan Alasan yang Tepat untuk Argumen Anda

            

 selalu diajarkan untuk mengutarakan alasan di balik pendapat kita saat menulis esai. Begitu pula dengan ucapan. Dalam percakapan sehari-hari, kita mungkin sering melupakannya. Hal ini karena kita tidak terbiasa menerapkan pola pikir logis dalam kegiatan sehari-hari.

    

        Perbedaan antara pendapat yang beralasan dan yang tidak beralasan bagaikan bumi dan langit. Kita ambil contoh seorang mahasiswa yang ingin jalan-jalan ke eropa dan meminta izin kepada orang tuanya. Jika ia hanya mengulang-ulang pendapatnya, maka akan sulit untuk mengerakan hati orang tuanya. Lain halnya ketika ia bisa menyampaikan alasannya.

     

       “Izinkan aku  untuk pergi backpacking ke Eropa satu bulan saja (pendapat). Apalagi diera global seperti ini, penting untuk memperluas pengetahuan dan nantipun saat melamar kerja bisa dimasukan sebagai salah satu pengelaman (alasan).”

     

       Jika sudah begini, orang tua mana yang akan melarang anaknya jalan-jalan ke Eropa? Terutama di dunia kerja, keryawan yang mampu menyampaikan alasannya dengan baik pasti akan disukai oleh atasan. (Oh Su Hyang – Bicara Itu Ada Seninya – Rahasia Komunikasi yang Efektif, hal.10-11)


2. Hindari Lompatan Logika dan Melebih-lebihkan


            Hanya karena orang Korea suka makan daging anjing, kita tidak bisa menyimpulkan bahwa seluruh orang korea itu kejam. Kita harus ingat untuk tidak menggenarilisasi sesuatu hanya dari contoh yang kecil. Kita juga harus berhati-hati terhadap lompatan logika. Dalam pepatah Jepang ada ungkapan “Jika angin berembus, maka toko bak akan laris”. Saat angin berembus, banyak debu berterbangan sehingga orang-orang akan pergi ke pemandian umum, tetapi karena kolam di pemandian umum sedikit, maka pesanan atas bak mandi akan menjadi banyak. Meskipun terdengar masuk akal, tetapi kita tahu bahwa hubungan antara angin bertiup dan toko bak laris ini sangatlah jauh. (Oh Su Hyang – Bicara Itu Ada Seninya – Rahasia Komunikasi yang Efektif, hal.11)


3. Konsisten dalam Bersikap


            Saat kondisi argumen kita lemah, kita akan jatuh ke dalam kontradiksi dan posisi yang membinggungan, sebab kita akan mengeluarkan argumen baru yang berbeda dengan apa yang sebelumnya kita ungkapkan. Oleh karena itu, kita harus memiliki sikap konsisten dengan pendapat kita dari awal hingga akhir. (Oh Su Hyang – Bicara Itu Ada Seninya – Rahasia Komunikasi yang Efektif, hal.12)

 

4. Gunakan Kata-kata Sederhana


            Ada orang yang suka mengunakan bahasa Inggris, karakter Mandarin, atau istilah-istilah tinggi yang hanya diketahui  dirinya sendiri seolah-olah ia paling tahu segalanya. Alih-alih membantu dalam menyampaikan pendapatnya, hal ini justru akan membuatnya menerima penolakan dari lawan bicara. Ingatlah bahwa ucapan yang sulit dimengerti adalah penghalang komunikasi. (Oh Su Hyang – Bicara Itu Ada Seninya – Rahasia Komunikasi yang Efektif, hal.12)

 

5. Tetap Tenang


            Kita dapat menemukan orang-orang yang sentimental saat berbicara dalam acara debat di televisi. Mereka sering kali melontarkan perkataan-perkataan yang tidak berhubungan dengan topik pembicaraan. Contohnya mencari kesalahan untuk menyerang secara personal. Hal ini muncul karena situasinya menjengkelkan. Ingatlah, kekesalan merupakan hal yang dilarang karena akan menciptakan pembicaraan yang tidak logis dan bersikap tenang saat dibutuhkan dalam situasi seperti ini. (Oh Su Hyang – Bicara Itu Ada Seninya – Rahasia Komunikasi yang Efektif, hal.12)


2 comments:

Post Top Ad

Your Ad Spot

PAGES