Redup
Dua
Enam
Persetan dengan tugas utama mahasiswa
Apa yang ada dibenakmu
Apakah ipk tinggi itu penting?
Kuliah, pulang, kuliah, pulang-kah
pilihanmu?
Atau mencampuri urusan birokrat
Persetan dengan mentalmu yang lemah
Kalau tak punya keberanian
Lebih baik jangan jadi mahasiswa
Jadi yang maha tau saja
Akademisi, Akademisi, Akademisi
Mau sampai kapan kata itu terpatri
Namun tidak melahirkan gerakan kiri
Alam bertanya sekali lagi
Kekanan-kah atau kekiri pilihanmu saat
ini
Lamban
Dua
Enam
Dahulu tubuh ini punya power
Lebih cepat dari pikiran
Punya inisiatif dibanding pertimbangan
Laju pekanya terhadap kata-kata
Kuat materialnya dari spritual
Sampai suatu hari...
Oh Tuhan, ada apa dengan tubuh ini
Kawannya tertindas
Tubuh ini diam saja
Kawannya meneteskan air mata
Tubuh ini gagal mengubahnya menjadi mata
air
Oh Tuhan,
Ampunilah tubuh ini
Sudah tak sanggup lagi berjuang
Bukan dimakan usia
Namun dimakan zaman
Saat
Hujan
Dua
Enam
Aku bergegas
Lekas kutancap gas
Pagi itu ditemani oleh angin
Ditembaki peluru hujan
Dipagi yang dingin
Kuberteduh diparkiran
Tanpa sadar hati bergetar
Jantung berdetak cepat
Seolah tak mau kalah dengan hujan
Mulut ingin berbicara rasanya
Namun rem hati menahannya
Tangan tiba-tiba bergetar
Tubuh berkeringat ketika datang
halilintar
Dia melihat lalu berbicara denganku
Lalu sontak aku membalasnya
Sambil menatapnya
“sama-sama saja”
Aku berjalan disampingnya
Kadang dibelakangnya
Bersama menuju kekelas
Ya, senang rasanya
Bila melihatnya sangat dekat
Ingin ku genggam erat
Tangannya yang halus
Ingin ku cubit pipinya
Yang imut luar biasa
Detak jantungpun tak beraturan
Lalu ku pergi kearah lain
Dia disambut sahabatnya
Saat itu aku berpisah dengannya
Kembali kejarak yang jauh
Dari jarak jauh yang penuh harapan
Dapatkah kupertahankan
Perasaan yang tertekan
Karena ada tembok penghalang
Dia
Dua
Enam
Menuulis diatas kertas
Mewakili hati yang menetas
Ku lirik kekiri
Itu dia yang dinanti
Senyum-senyum sendiri
Seperti tidak waras diri ini
Terbayang lamunan
Dikelas ingin segera kuungkapkan
Hidupnya sederhana
Apa adanya
Tak meminta apa-apa
Itu gadis yang kusuka
Rajin bergurau
Senyum yang memukau
Buat hati ini jadi sakau
Kecanduan karena dikau
Buku
Dua
Enam
Ketika
tiada pemikiran hakiki
Kaulah
ladang inspirasi,
Ketika
hati tertusuk duri
Kaulah
obat penyembuh diri
Asal
kau tau,
Tekad
tidak akan pernah mati
Untuk
mengasah literasi
Walau
orang lain tau
Demi
melawan dungu
Akan
membutuhkanmu
No comments:
Post a Comment