Informatif, edukatif, akurat dan terpercaya menyajikan informasi seputar filsafat, sosial, politik, pemerintahan, buku dan opini.

test pub-9703219827204705, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

12/24/2018

Redup, Lamban, Saat Hujan, Dia, dan Buku



Redup

Dua Enam


Persetan dengan tugas utama mahasiswa
Apa yang ada dibenakmu
Apakah ipk tinggi itu penting?
Kuliah, pulang, kuliah, pulang-kah pilihanmu?
Atau mencampuri urusan birokrat

Persetan dengan mentalmu yang lemah
Kalau tak punya keberanian
Lebih baik jangan jadi mahasiswa
Jadi yang  maha tau saja

Akademisi, Akademisi, Akademisi
Mau sampai kapan kata itu terpatri
Namun tidak melahirkan gerakan kiri
Alam bertanya sekali lagi
Kekanan-kah atau kekiri pilihanmu saat ini


Lamban

Dua Enam

Dahulu tubuh ini punya power
Lebih cepat dari pikiran
Punya inisiatif dibanding pertimbangan
Laju pekanya terhadap kata-kata
Kuat materialnya dari spritual

Sampai suatu hari...
Oh Tuhan, ada apa dengan tubuh ini
Kawannya tertindas
Tubuh ini diam saja

Kawannya meneteskan air mata
Tubuh ini gagal mengubahnya menjadi mata air

Oh Tuhan,
Ampunilah tubuh ini
Sudah tak sanggup lagi berjuang
Bukan dimakan usia
Namun dimakan zaman

Saat Hujan
Dua Enam

Aku bergegas
Lekas kutancap gas
Pagi itu ditemani oleh angin
Ditembaki peluru hujan

Dipagi yang dingin
Kuberteduh diparkiran
Tanpa sadar hati bergetar
Jantung berdetak cepat
Seolah tak mau kalah dengan hujan

Mulut ingin berbicara rasanya
Namun rem hati menahannya
Tangan tiba-tiba  bergetar
Tubuh berkeringat ketika datang halilintar

Dia melihat lalu berbicara denganku
Lalu sontak aku membalasnya
Sambil menatapnya
“sama-sama saja”

Aku berjalan disampingnya
Kadang dibelakangnya
Bersama menuju kekelas
Ya, senang rasanya

Bila melihatnya sangat dekat
Ingin ku genggam erat
Tangannya yang halus
Ingin ku cubit pipinya
Yang imut luar biasa

Detak jantungpun tak beraturan
Lalu ku pergi kearah lain
Dia disambut sahabatnya
Saat itu aku berpisah dengannya
Kembali kejarak yang jauh

Dari jarak jauh yang penuh harapan
Dapatkah kupertahankan
Perasaan yang tertekan
Karena ada tembok penghalang


Dia

Dua Enam
Menuulis diatas kertas
Mewakili hati yang menetas
Ku lirik kekiri
Itu dia yang dinanti

Senyum-senyum sendiri
Seperti tidak waras diri ini
Terbayang lamunan
Dikelas ingin segera kuungkapkan

Hidupnya sederhana
Apa adanya
Tak meminta apa-apa
Itu gadis yang kusuka

Rajin bergurau
Senyum yang memukau
Buat hati ini jadi sakau
Kecanduan karena dikau


Buku

Dua Enam


Ketika tiada pemikiran hakiki
Kaulah ladang inspirasi,
Ketika hati tertusuk duri
Kaulah obat penyembuh diri

Asal kau tau,
Tekad tidak akan pernah mati
Untuk mengasah literasi

Walau orang lain tau
Demi melawan dungu
Akan membutuhkanmu

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot

PAGES